Sinopsis Who are You - School 2015 Episode 3
Kisah Romance – Tidak seperti dua episode sebelumnya, episode kali ini dimulai dengan keterkejutan Song Joo saat menemukan sebatang bunga krisan di meja Eun Byul. Dia menanyai teman-teman sekelasnya: siapa yang meletakkan bunga krisan tersebut? Tak ada yang mengaku. Yang ada justru Song Joo dinilai berlebihan bersikap atas hilangnya Eun Byul.
Kesal, Song Joo membanting bunga tersebut ke lantai dan menginjaknya. Dia berkata: “Aku tidak minta semua orang mengkhawatirkannya, tapi bukankah ini sudah keterlaluan?”
Adegan pun beralih. Young Eun menanyakan siapa “anj*ng” terpopuler di sekolah? Dia menunjuk hidungnya sendiri dan menyebutkan tak ada seorang pun murid saling memedulikan satu sama lain. Semua sibuk memikirkan dan mengurus diri sendiri. Dia menyebutkan dirinya tak begitu dekat dengan Eun Byul, meski sesekali jalan bareng.
Melihat kotak perhiasan Mamanya Young Eun ada di loker Eun Byul, semuat orang berpikir Eun Byul telah mencurinya. Pak Guru Kim hendak membawa Eun Byul ke kantor, tapi Yi An lebih dulu menariknya keluar.
Eun Byul menghempaskan genggaman tangan Yi An. Dia merasa perlu mencari tahu apa yang telah terjadi. Jika memang salah, dia siap dihukum. Tapi jika sebaliknya, maka dia perlu meluruskannya. Yi An bertanya: “Terus siapa yang mengambil perhiasan tersebut? Kau?” Eun Byul mengaku tak ingat, tapi menghindari masalah ini pun takkan menyelesaikan apapun.
Yi An heran dengan karakter Eun Byul yang berubah pasca menghilang. Eun Byul melongo, minta Yi An menjelaskan karakternya. Yi An memegang pundak Eun Byul, sambil memberitahu Eun Byul memiliki perangai kasar, menjengkelkan, dan tidak sopan. Meski begitu, dia yakin Eun Byul takkan melakukan tindakan memalukan – menyembunyikan barang curian di dalam loker. Eun Byul bertanya: “Benarkah itu? Bisakah aku memercayaimu?” Yi An mengiyakan.
Young Eun memberikan keterangan pada Pak Guru Kim bahwa dirinya mengambil kalung Mamanya tanpa izin lantaran Eun Byul memerintahkannya untuk membawa uang. Pak Guru Kim menghela napas. Dia berpikir sulit mendapatkan pengakuan sama dari kedua pihak, mengingat sifat Eun Byul. “Bapak tak berpikir dia tak bersalah kan, hanya karena dia berprestasi?” tanya Young Eun.
Pak Guru Kim cuma merasa bahwa masalah ini tidak sampai melebar ke wali murid masing-masing. Young Eun setuju. Toh, Detektif Park bilang tak ada namanya pencurian di dalam keluarga. Dia berjanji akan mengembalikan sisa perhiasan dan berpura-pura tak terjadi apa-apa. Lagipula, dia malu kalau kedapatan diketahui mengambil perhiasan orang tua sendiri.
Ketika kelas olahraga dimulai, Eun Byul justru mojok di pinggir lapangan bersama Song Joo dan Shi Jin. Mereka membicarakan sikap Pak Guru Kim yang menganggap kejadian itu adalah kesalahpahaman belaka. Eun Byul heran. Pencurian bukanlah hal biasa, tapi sekolah terlalu santai menanggapinya. Pas Song Joo ingin membicarakan soal bunga krisan, Young Eun melintas bersama Mamanya ke arah ruang guru.
Pak Guru Kim membenarkan soal penemuan kalung Mamanya Young Eun di loker Eun Byul. Sontak, Mamanya Young Eun marah dan menuntut digelarnya pertemuan komite disiplin siswa. Young Eun tidak setuju. Jika komite diadakan, semua orang tahu Young Eun adalah “dompet berjalan”. Mama ngeh Young Eun diperlakukan bak pecundang sejati dan menyuruhnya menyerahkan siapa orang yang telah melakukannya. Young Eun berdiri dan memarahi Mamanya yang sekarang bersikap sok khawatir padanya.
Pak Guru Cho mengingatkan Young Eun untuk tidak bicara sekencang itu pada Mamanya. Dia menyuruh Young Eun minta maaf, tapi Mamanya Young Eun malah menyembur pada Pak Guru Cho karena telah marah pada putrinya. Hahaha. Pak Guru Cho hanya bisa menelan ludah.
Eun Byul coba hubungi Young Eun, mengajak ketemuan membicarakan masalah ini.
Pak Guru Kim dan Cho minum bersama di warung soj*, membicarakan masalah yang terjadi di sekolah.
Bu Guru Ahn muncul dan duduk di salah satu meja. Dia kaget melihat dua rekannya ada di sana. Dua rekannya mengajak Bu Guru Ahn minum bersama, tapi Bu Guru Ahn tidak mau. Setelah beberapa kali menawarkan, Pak Guru Kim minta izin apa mereka boleh bergabung dengan Bu Guru Ahn. Pertanyaan itu seolah membuat Bu Guru Ahn jijik. Dia langsung pergi.
Young Eun dihubungi Eun Byul. Dia menatap lama layar HP-nya dan teringat saat berkenalan dengan Eun Byul di awal tahun kedua SMA. Ketika dia mendapatkan pesan singkat dari Eun Byul, segera dia banting HP ke kasur.
Eun Byul berjalan. Seorang ajumma menyapanya: “Hei, kau Eun Byul kan?” Eun Byul mengiyakan. Ajumma itu menyebutkan waktu duduk di bangku sekolah dasar, Eun Byul acap main ke rumahnya. Eun Byul mengerutkan kening, coba mengingat-ingat siapa ajumma itu. Seolah bisa membaca benak Eun Byul, ajumma itu mengatakan dirinya adalah Mamanya Soo In.
Mama Eun Byul muncul dari dalam toko. Melihat Mamanya Soo In di sana, dia memberi salam. Kemudian Eun Byul dan Mama pamit pada Mamanya Soo In. Saat menjauh dari Mamanya Soo In, Eun Byul menanyakan siapa Soo In, yang katanya dekat dengannya? Mama hanya menjawab Soo In adalah teman SD-nya Eun Byul.
Yi An jogging. Dia berhenti begitu sampai di tikungan blok rumah Eun Byul, berharap Eun Byul muncul. Teringat kebiasaan Eun Byul bangun siang, dia menggelengkan kepala dan tersenyum, selanjutnya meneruskan joggingnya. Eun Byul muncul sambil menuntun sepedanya. Yi An berlari mundur lagi dan hampir menabrak Eun Byul.
Yi An heran Eun Byul sudah bangun untuk bersepeda. Saat Eun Byul mau pulang karena sudah keliling sekali, Yi An memegang hoodie Eun Byul untuk menahannya. Dia mengajak Eun Byul berkeliling sekali lagi.
Eun Byul merasa frustasi saat sekolah terlihat tenang, setelah terungkapnya kasus pencurian perhiasan Mamanya Young Eun. Dia juga bilang apa yang Yi An sebutkan tentang karakternya benar-benar membuatnya marah sekarang. “Jika aku begitu, kenapa kau mau berteman denganku?” tanyanya. Yi An sama herannya. Dia menyibak rambut yang menutupi leher Eun Byul dan tak menemukan luka lebam lagi di sana.
Rapat guru diadakan untuk membahas soal permintaan Mamanya Young Eun supaya komite disiplin siswa ditegakkan. Pak Guru Kim tidak tahu harus melakukan apa, sebab Eun Byul masih amnesia. Seorang guru yang jabatannya tampak lebih tinggi menegaskan mereka harus bersikap adil, biarpun Eun Byul amnesia. Dia menyuruh Pak Guru Kim menanyai teman-teman sekelas Eun Byul.
Para siswi berkasak-kusuk tentang kasus ini. Eun Byul yang berada di salah satu bilik toilet mendengar jelas. Mereka percaya, walaupun kasar, Eun Byul bukan pencurinya. Tapi, ada satu ide dari pikiran mereka kalau Eun Byul pura-pura amnesia.
Eun Byul berada di balkon sekolah, ketika mobil rc milik Gong Tae menabrak kakinya. Gong Tae memanggil Eun Byul dari balkon atas. Dia kemudian turun.
Eun Byul menendang mobil rc, sehingga Gong Tae jongkok memeriksanya. Eun Byul lalu mengungkapkan ingin turun ke bawah memakai tali, seperti pernah Gong Tae lakukan waktu di rumah sakit. “Memakai ini?” tanya Gong Tae, sedikit menarik rok mini Eun Byul.
“Kau teman dekatku?” tanya Eun Byul kemudian. Gong Tae meragukan itu. Karena Eun Byul masih amnesia, dia memberitahu kalau Eun Byul kerap men-stalker-i dirinya dan terus saja membuat kontak sejak ditolak cintanya. Eun Byul melotot tak percaya. Gong Tae meyakinkan itu. Hahaha, aku suka anak ini.
Sebuah sedan hitam parkir di halaman sekolah, Direktur Gong keluar. Gong Tae memberitahu: “Kau mau tahu rahasia? Aku anak orang itu tuh. Anak konyol dari Direktur SMA Sekang yang terhormat.” Dia ngeblink-ngeblink-an matanya, membuat Eun Byul sebal, karena menggodanya dengan memberitahu fakta-fakta yang tak diingatnya.
Eun Byul pergi. Gong Tae memanggilnya untuk memberitahu fakta bahwa dirinya bukanlah orang yang telah merusak pintu loker Eun Byul. Pintu itu sudah rusak – merujuk pada pintu yang patah.
Pak Guru Kim dan Cho memanggil anak-anak yang sekiranya terlibat dalam kasus pencurian perhiasan. Mulai dari Song Joo, Shi Jin, Yi An, Ki Tae, dan beberapa murid lainnya mengaku Young Eun memang royal pada teman-temannya. Bahkan, salah seorang murid mengaku pernah dihadiahi make-up, padahal bukan teman dekat.
Yi An menjelaskan kalau kemarin sempat menarik tangan Eun Byul karena ingin membuatnya tenang. Ki Tae yang tidak mau berurusan dengan guru yakin namanya ada di dalam daftar karena dimasukkan oleh Gong Tae (kenapa dia berpikir seperti itu?)
Merasa namanya ditulis Gong Tae untuk ditanya-tanyai, Ki Tae menemui Gong Tae di atap yang masih bermain rc. Dia mengingatkan Gong Tae tidak mengganggu ketenangan hidupnya. Dia kembali ke kelas dan menginjak mobil rc Gong Tae sampai gepeng. Gong Tae menghampiri mobil rc-nya yang rusak. Dia tiduran karena frustasi. (Ah, betapa lucunya karakter dia)
Kelompok wali murid berkumpul, membicarakan Eun Byul yang berada di posisi pertama klasemen nilai. Mamanya Min Joon menyindir Mamanya Shi Jin yang salah tebak Eun Byul akan jatuh setelah amnesia. Mamanya Shi Jin jadi malu. Mamanya Min Joon menambahkan membiarkan Eun Byul berada di dalam kelompok tetap akan memberi efek buruk. Pasalnya, Eun Byul dituduh sebagai pencuri dan akan disidang oleh komite disipliner siswa.
Mamanya Shi Jin mendapat angin, dan mulai kembali melontarkan komen jahat terhadap Eun Byul. Tapi ketika Mamanya Min Joon menyebutkan Shi Jin sempat terlihat di kantor polisi, Mamanya Shi Jin kebingungan.
Mamanya Eun Byul datang terlambat dan meminta maaf. Ketika dia duduk, para ibu lainnya pergi, setelah memintanya untuk mengurus Eun Byul sebelum menjadi pengaruh buruk buat teman-temannya. “Si cantik” Mamanya Shi Jin juga pergi dengan alasan ada janji lain.
Hae Na dan temannya heran kenapa guru-guru menanyakan soal karaoke waktu itu? Song Joo, Shi Jin, Eun Byul yang ada di sana sepakat kalau Young Eun bicara sesuatu yang bukan-bukan. Young Eun lewat. Mereka pun bubar.
Dua siswi berkasak-kusuk tentang kasus perhiasan. Mereka berpikir dua hal: Eun Byul yang pura-pura berbohong – pura-pura amnesia dan Young Eun yang coba melarikan diri. Song Joo lewat, sengaja menyenggol nampan makan mereka sebagai peringatan untuk tidak berkasak-kusuk.
Song Joo menyuruh Shi Jin dan Eun Byul meneruskan makannya saat sudah sampai di meja mereka berdua. Tampak Eun Byul letih-lemah-lesu. Shi Jin dan Song Joo menawari Eun Byul ke UKS. Eun Byul menolak.
Eun Byul dan Mama bersenang-senang menempelkan timun di wajah. Mama senang Eun Byul tertawa lepas seperti sekarang. Tidak seperti sebelumnya, Eun Byul dikenal sering cemberut. Mama menayakan kasus penemuan perhiasan di loker Eun Byul yang didengarnya dari Mamanya Young Eun. Dia bertanya kenapa Eun Byul tidak cerita? Eun Byul takut Mama menyalahkannya. Mama tidak bermaksud seperti itu. Dia cuma menawarkan tangan hangat seorang mama.
Mamanya Young Eun menggedor-gedor pintu kamar, karena Young Eun tidak segera pergi ke sekolah untuk melihat Eun Byul disidang. Mama memutuskan pergi duluan. Young Eun pergi, setelah Mamanya pergi.
Di kelas, dua orang siswi berkasak-kusuk. Salah seorang cerita kalau ketika Mamanya beli bunga ultah, pemilik toko membicarakan bunga krisan dengan Young Eun. Mereka menduga orang yang meletakkan bunga krisan di meja Eun Byul adalah Young Eun. Song Joo mendengar dan menuntut tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Para guru sepakat Young Eun memang royal terhadap teman-temannya tanpa dipaksa. Meski begitu, mereka tidak bisa menemukan siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini, karena Eun Byul tidak bisa cerita apa-apa akibat amnesianya.
Para guru mengadakan rapat kembali, memutuskan bahwa tetap harus diambil tindakan karena korban menuntut cerita nyatanya.
Anak-anak berkerumum di sekitar papan pengumuman yang mengumumkan akan diadakan sidang komite disiplin siswa untuk Eun Byul. Young Eun ikut melihatnya. Song Joo cs melihat Young Eun. Mereka bicara di suatu tempat.
Song Joo bertanya: “Apa benar kau yang telah meletakkan bunga krisan di meja Gong Byul seolah-olah dia sudah meninggal?” Dia juga menanyakan soal loker dan karaoke. Dia bertanya kenapa Young Eun melakukan semua ini pada teman-teman sekelasnya? Dengan mata menahan marah, Young Eun mengatakan sebab dirinya dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang menyebut dirinya teman. Dia merasa hanya menjadi “dompet berjalan”.
Sebaliknya, Song Joo cs menyalahkan Young Eun yang memang mau melakukannya. Young Eun mengiyakan. Itu dia lakukan lantaran mereka semua tidak pernah menganggapnya ada, tapi waktu mau hang-out tiba-tiba saja dirinya diajak. Tak mudah baginya untuk menolak. Mendadak, dia menyatakan akan datang ke sidang komite disiplin siswa untuk menghukum mereka semua.
Young Eun tidak ada di kelas. Pak Guru Kim bertanya pada semua murid, tapi tak seorang pun tahu, termasuk ketua kelas Min Joon. Kelas pun dimulai.
Malam harinya, Young Eun mengendap-endap masuk ke dalam kelas. Dia menuju loker dan membuka loker miliknya di bagian atas. Eun Byul masuk. Young Eun beralasan ingin mengambil tas yang ketinggalan. Merasa ada kesempatan baik, Eun Byul nyeplos: “Pintu lokerku tidak rusak waktu Gong Tae merusaknya. Aku baru ingat, kita tukaran loker sebelum darmawisata kan?” Young Eun terkejut, mengira ingatan Eun Byul kembali.
Eun Byul merasa tebakannya betul. Young Eun mengiyakan. Dengan emosi, dia menyuruh Eun Byul untuk ngember pada semua orang. Eun Byul tidak melakukan itu, tapi justru bertanya: apa Young Hee benar-benar membencinya sehingga harus memfitnahnya? Young Eun mengiyakan. Dia ingin merusak segala hal berbau Eun Byul. Dia ingin Eun Byul merasakan rasa malu di depan orang lain. Ketika Eun Byul menanyakan alasannya, Young Eun sadar ingatan Eun Byul belum pulih.
Young Eun menunggu bus sendirian. Dia ingat bagaimana Eun Byul mengatakan hal yang kasar tapi benar saat membelikan tiket untuk tiga temannya. Saat itu, Eun Byul menolak dibelikan dan memilih membayar sendiri. Dia bertanya: “Kau selalu membeli apapun dengan uang itu? Makanan, tiket film, teman-teman, atau waktu?”
Eun Byul mengimbuhi: “Aku benar kan? Kau menghabiskan uang untuk orang lain dan orang lain menghabiskan waktu untukmu. Aku takkan sudi memberikan waktu sepuluh menitku untukmu!” Young Eun meremas tiket, memandangi Eun Byul yang berjalan menghampiri dua temannya.
Eun Byul bicara pada Yi An di gelanggang renang. Dia merasa ucapan Yi An mengenai karakternya yang kasar sepertinya benar. Dia juga sudah tahu bagaimana kalung itu bisa berada di lokernya, tapi hatinya merasa berat meminta maaf. Yi An menyuruh Eun Byul tidak terlalu berpikir berat dan menyipratkan air kolam ke wajah Eun Byul. Kemudian tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk siram-siraman.
Saking asiknya, Eun Byul terpeleset dan nyemplung ke dalam kolam. Kondisi itu mendapatkan kilasan balik. Kali ini tidak sepotong-sepotong, melainkan satu gambaran utuh. Ya, dia ingat dirinya bukanlah Eun Byul, melainkan Eun Bi. Dia ingat saat dirinya dibully di sekolahnya oleh So Young dan teman-teman lainnya.
Karena tidak keluar dari dalam kolam, Yi An masuk ke dalam kolam untuk menyelamatkan Eun Byul. Sekeluarnya dari kolam, Eun Byul langsung berubah sikapnya. Bahkan, ketika Yi An memberikan jaketnya untuk dipakai, dia tidak merespons. Sepertinya dia shock dengan kenyataan yang ada.
Sesampainya di rumah, Eun Byul segera mengambil buku catatannya. Di dalamnya dia menemukan foto Eun Bi bersama orang-orang dari Love House. Dia ingat saat semua cerita masa lalunya. Kagetlah dia dan menjatuhkan beberapa barang.
Mama datang, menanyakan apa yang terjadi, tapi Eun Byul terdiam. Mama tidak memaksa Eun Byul bercerita sekarang. Begitu mau pergi, Eun Byul memeluknya dari belakang. Erat.
Eun Byul datang ke tempat sidang komite disiplin sekolah diadakan. Para guru meminta verifikasi soal temuan kotak perhiasan Mamanya Young Eun di loker Eun Byul, walaupun sulit karena posisinya sekarang Eun Byul mengalami amnesia. Di luar dugaan, Eun Byul bilang ingat, meski ingatannya belum pulih benar.
Di sisi lain, Young Eun membuat pengakuan pada Pak Guru Kim bahwa orang yang meletakkan kotak perhiasan Mamanya adalah dirinya sendiri. Dia minta maaf telah membohongi semua orang. Pak Guru Kim memuji keberanian Young Eun dan membawanya ke tempat sidang untuk menceritakan semuanya.
Di ruang sidang, Eun Byul membenarkan cerita Young Eun. Dia juga tidak mengelak dituduh pernah mengancam Young Eun dengan ancaman kata-kata yang paling menusuk hati. Sebentar ingatannya melayang saat dirinya dijauhi lantaran bau. Dia yakin Young Eun merasa dijauhi teman-temannya – itu membuatnya minder. Pak Guru Kim menepuk-nepuk bahu Young Eun yang matanya berkaca-kaca.
Young Eun berjalan seorang dirinya ketika mobil rc Gong Tae menabrak kakinya. Dia melihat di mobil rc itu terdapat tulisan: ikuti aku! Dia pun mengikuti mobil rc itu, yang ternyata masuk ke dalam kelasnya dan menabrak lokernya. Di dalam lokernya ternyata ada surat dari Eun Byul yang berisi permintaan maaf dan juga bantal bergambar foto sekelas yang diambil saat darmawisata. Young Eun menitikan air mata haru.
Di luar kelas, Gong Tae mengeluh mobil rc-nya benar-benar rusak total. Eun Byul tersenyum geli. Well, setidaknya mobil itu melakukan tugas yang baik sebelum wasalam. Dia menepuk-nepuk bahu Gong Tae. Tapi Gong Tae memegang dagu Eun Byul lebih keras. Hahaha.
Mamanya Young Eun masuk ke kamar Young Eun. Dia heran pintu kamar putrinya tak dikunci lagi. Young Eun menyerahkan kartu kredit pada Mamanya. Dia ingin mendapatkan uang jajan yang lebih kecil. Suprise Mamanya melihat perubahan mendadak putrinya. “Mama, pindahkan aku sekolah. Aku ingin mendapatkan teman-teman baru tanpa memakai uang lagi.”
Eun Byul meletakkan surat yang bertuliskan dari Lee Eun Bi di meja. Kemudian, dia berangkat sekolah bersama Mama.
Pak Guru Kim mengumumkan kalau kasus kotak perhiasan berhasil diselesaikan dengan rekonsiliasi. Meski begitu, dia harus mengatakan Young Eun memutuskan pindah sekolah sejak kemarin. Anak-anak bertanya Young Eun pindah tanpa mengucapkan selamat tinggal? Pak Guru Kim menjawab sudah. Sebelum keluar kelas, dia mengatakan Young Eun adalah komikus keren.
Hae Na menemukan di lokernya karikatur dirinya yang dibuat oleh Young Eun. Anak-anak langsung mengecek loker masing-masing. Sama, mereka menemukan karikatur diri mereka masing-masing. Gong Tae merasa karikatur dirinya yang digambar Young Eun terlalu berlebihan. “Apa wajahku sejelek ini?” tanyanya seraya menjejerkan di sebelah wajahnya.
Eun Byul juga mendapatkan satu karikatur wajahnya, disertai pesan: “Terima kasih telah mengulurkan tanganmu lebih dulu. Setelah melewati masa-masa sulit, aku berharap bisa berteman secara tulus.”
Young Eun dan Mamanya berada di depan SMA Sekang. Mama menghentikan mobil supaya Young Eun bisa mengucapkan selamat tinggal.
Yi An jalan bersama Eun Byul. Dia memberitahu kalau dirinya berhasil menorehkan rekor kecepatan lagi saat latihan. Eun Byul mengucapkan selamat. Yi An takjub Eun Byul memberinya selamat. Kalau Eun Byul yang dulu pasti akan bilang: “Itu bukan rekor resmi. Tak masuk hitungan. Ayo bertemu kalau kau sudah menorehkan rekor resmi!”
Eun Byul mengatakan akan pergi ke suatu tempat. Jadi, mereka saling mengucapkan salam perpisahan. Eun Byul pergi. Di belakang Yi An meminta Eun Byul untuk menghubunginya. Tapi, Eun Byul tidak menengok karena dia sedang menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar